Perempuan (di) Makassar


29 Februari 2020
Sekitar pukul 14.00 WITA, Sebuah komunitas yang terbilang masih cukup asing untuk saya yang baru memulai sebuah komunitas, ruangan dipenuhi hampir semuanya perempuan. Diawali dengan perkenalan para peserta yang hadir tanpa terkecuali, para peserta sangat antusias, ternyata dalam ruangan yang cukup besar berisi kurang lebih 20 orang yang masing-masing memiliki latar belakang yang berbeda. Saya sejujurnya merasa minder sendiri, karena dalam ruangan tersebut ternyata berisi perempuan-perempuan hebat. 


Narasumber dalam diskusi kali ini berjumlah tiga orang perempuan hebat yang masing-masing memiliki latar belakang yang berbeda. Narasumber pertama adalah Kak Qiya yang telah banyak membantu  difabel. Sejujurnya ini adalah hal yang kadang luput dari perhatian saya, difabel. Kadang saya terlalu sibuk dengan diri saya sendiri, hingga lupa kalau diluar sana masih ada orang-orang yang kurang beruntung. Kak Qiya kembali membuka sudut pandang saya yang lain. 
Kak Fitry, seorang perempuan kelahiran Aceh yang punya segudang pengalaman merantau dari satu tempat ketempat lain. Sekarang Kak Fitry tinggal di Makassar, bekerja di bidang pemerintahan. Kak Fitry membagikan banyak sekali pengalaman hidup yang mengantarnya sampai menjadi sekarang dan berada didepan saya. Salah satu kalimat yang terngiang dibenak saya "Diluar sana banyak sekali perempuan cantik, dengan uang kita bisa membeli make up dan menjadi cantik, dengan olahraga kita punya badan ideal, tapi perempuan dengan intelektual itu dapat dihitung jari. Lakukan apa yang ingin kau lakukan dimasa mudamu, karena ketika umurmu tidak lagi muda penyesalan akan datang."
Iya, itu adalah kalimat yang semakin menambah semangat saya untuk mewujudkan cita-cita saya. Terakhir adalah seorang Psikologi yang bercerita tentang Quarter of life, pemahaman saya bertambah, Quater of life terjadi di usia awal 20 - 40 tahun, dan semua orang akan berada dimasa ini, hal yang dapat dilakukan dalam menghadapi masa ini adalah dengan mencintai apa yang terjadi dihidup kita, karena masa ini adalah masa yang dapat membentuk pribadi kita menjadi lebih matang.

Diskusi diakhiri dengan menuliskan ide-ide mengenai pemikiran masing-masing peserta dengan isu-isu perempuan serta bagaimana perempuan berkomunitas dengan kesibukan sebagai seorang ibu. Semua diskusi benar-benar menambah sudut pandangan saya, ada banyak hal yang sebenarnya perlu kita perhatikan dilingkungan sekitar. Sekali lagi saya merasa kita sebagai perempuan sangat membutuhkan wadah diskusi-diskusi semacam ini. Kembali teringat kata-kata Kak Qiya, "Belum banyak ruang aman untuk perempuan, bahkan rumah pun bukan ruang aman kita sebagai perempuan." Kalimat-kalimat itu mengingatkan saya beberapa artikel seperti seorang adik yang dihamili kakak kandungnya sendiri dan masih banyak kejahatan seksual yang dapat terjadi pada perempuan yang pelakunya adalah orang-orang disekitar kita sendiri. Untuk itu saya rasa diskusi ini benar-benar menambah pengetahuan saya sebagai perempuan.  

Tidak ada komentar