Review Buku: Bumi Manusia

 Bumi Manusia 


Nama Penulis : Pramoedya Ananta Toer 

Nama Penerbit : Lentera Dipantara

Tahun Terbit : 2005

Jumlah Halaman : 552


Sinopsis

    Roman Tetralogi Buru mengambil latar belakang dan cikalbakal nation Indonesia di awal abad ke-20. Dengan membacanya waktu kita dibalikkan sedemikian rupa dan hidup diera membibitnya pergerakan nasional mula-mula, juga pertautan rasa, kegamangan jiwa, percintaan, dan pertarungan kekuatan anonim para srikandi yang mengawal penyemaian bangunan nasional yang kemudian kelak melahirkan Indonesia modern.
            Roman bagian pertama; Bumi Manusia, sebagai periode penyemaian dan kegelisahan dimana Minke sebagai aktor sekaligus kreator adalah manusia berdarah priyayi yang semampu mungkin keluar dari kepompong kejawaannyamenuju manusia yang bebas dan merdeka, disudut lain membelah jiwa ke-Eropa-an yang menjadi simbol dan kiblat dari ketinggian pengetahuan dan peradaban.
            Pram menggambarkan sebuah adengan antara Minke dengan ayahnya yabg sangat sentimentil: Aku mengangkat sembay sebagaimana biasa aku lihat dilakukan punggawa terhadap kakekku dan nenekku dan orangtuaku, waktu lebaran. Dan yang sekarang tak juga kuturunkan sebelum Bupti itu duduk enak ditempatnya. Dalam mengangkat sembah serasa hilang seluruh ilmu dan pengetahuan yang kupelajari tahun demi tahun belakangan ini. Hilang indahnya dunia sebagaimana dijanjikan oleh kemajuan ilmu... Sembah pengangungan pada leluhur dan pembesar melalui perendahan dan penghinaan diri! Sampai sedatar tanah kalau mungkin! Uh, anak-cucuku tak terelakan menjalani kehinaan ini.
            "Kita kalah, Ma," bisikku.
"Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormar-hormatnya."


Review 

Cerita yang diangkat pada awal abad ke-20. Bumi Manusia yang diagungkan. 
Perjalanan hidup seorang pribumi pada zaman kolonial dalam mencari identitas diri ditengah bangsa yang besar.

Tokoh Minke yang digambarkan sangat mengangungkan Eropa, rupanya masih terus melekat dizaman ini. Hadir dalam wujud berbeda, itu adalah saya sendiri, mengagumi peradaban Eropa dan teknologi-teknologi yang tercipta dari Eropa. Semua pusat atas peradaban Eropa itu lahir dari masa itu. 

Bumi Manusia juga telah membawa kisah cinta Minke dan Annalies, sekaligus mewakili kelompok suku bangsa antara pribumi dan Eropa. Kisah yang cukup haru itu telah menghadirkan konflik. Penindasan dan diskiriminatif kemudian mengantarkan Minke melakukan perlawanan yang disampaikan melalui tulisan.

Selain itu, Bumi Manusia juga melahirkan tokoh Nyai Ontosoroh (Sanikem) seorang gundik yang telah melambangkan 'perempuan modern' pada masa itu. Karakter yang tegas dan pemberani  dalam melakukan perlawanan atas ketidakadilan tanpa sengaja telah membentuk Minke sebagai pribumi. 

Kisah ini menjadi sebuah sejarah atas perlawanan Pram pada masa itu melalui tulisan, sehingga melahirkan karya yang hebat. Karya yang mengingatkan generasi muda melalui roman sejati sekaligus membangkitkan rasa nasionaslisme kita.  

"Seorang yang terpelajar harus juga berlaku adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan"- Pramoedya Ananta Toer

 

Kisah selanjutnya pada Anak Semua Bangsa. . . 

Tidak ada komentar