Perjalanan Bisnis Kuliner dari Rumah: Dari Oreo Alpukat ke Risol Mayo yang Disukai Banyak Orang

Pendahuluan

Memulai bisnis dari rumah bukanlah hal mudah, apalagi jika dijalani sendiri dan bermodal nekat. Tapi justru dari proses itulah, banyak pelajaran berharga muncul. Saya ingin membagikan perjalanan saya, dari pertama kali jualan makanan dengan menu sederhana, hingga akhirnya menemukan produk yang saat ini jadi andalan: Risol Mayo isi smoked beef dan telur dengan saus mayo racikan spesial.

Melalui artikel ini, saya juga ingin berbagi bagaimana saya memadukan hobi memasak dengan belajar digital marketing, serta tantangan membangun usaha kuliner dari nol.

Risol Mayo by Millyeats


Awal Perjalanan: Jualan Oreo Alpukat

Tahun 2018, saya mulai berjualan makanan dari rumah. Produk pertama saya adalah oreo alpukat, camilan manis yang cukup tren saat itu. Selama kurang lebih tiga tahun, saya mencoba bertahan dengan produk tersebut. Walaupun hasilnya belum luar biasa, tapi dari sinilah saya mengenal dunia usaha dan pentingnya konsistensi.

Namun, seperti usaha lainnya, ada masa di mana saya harus berhenti. Kegiatan jualan sempat terhenti karena berbagai alasan, termasuk keterbatasan waktu dan tenaga.

Bangkit Lagi Lewat Risol Mayo

Tahun 2023 menjadi titik balik. Saya memutuskan untuk memulai lagi, dengan semangat baru dan produk baru: Risol Mayo. Tidak sembarang risol, tapi risol dengan isian smoked beef, potongan telur, dan saus mayo racikan spesial. Kulitnya saya buat dari campuran telur, susu, dan terigu - hasilnya lebih gurih dan creamy dibandingkan risol biasa.

Saya tahu, untuk bisa bersaing, produk harus punya keunikan dan rasa yang bisa diingat. Maka, saya melakukan banyak RnD - bereksperimen dengan resep, mengatur rasa, hingga akhirnya menemukan komposisi yang menurut saya paling pas.

Risol Mayo Homade by Millyeats


Memasak: Dari Kewajiban Menjadi Hobi

Di balik setiap risol yang saya jual, ada proses panjang di dapur. Dari menakar bahan kulit, menggoreng dengan api pas, sampai memastikan isian tidak pelit. Lama-kelamaan, proses ini bukan lagi sekadar rutinitas, tapi menjadi hobi yang menyenangkan. Saya menikmati tiap langkahnya, termasuk ketika harus mengulang dari awal karena gagal.

Masak dan jualan makanan memberi saya ruang untuk berkarya, sambil tetap belajar dan memperbaiki kualitas diri.
Setiap risol yang saya buat adalah bentuk cinta dan kerja keras

Belajar Digital Marketing untuk Bisnis Kuliner

Tak hanya di dapur, saya juga tertarik pada dunia digital marketing. Awalnya saya suka menulis, lalu mulai mengenal istilah seperti SEO, konten marketing, dan social media strategy. Karena tidak mengikuti pelatihan formal, saya belajar secara otodidak—dari membaca artikel, mengikuti webinar, hingga mencoba langsung di akun pribadi dan bisnis.

Akun media sosial bisnis saya menjadi tempat uji coba. Dari sana saya mengukur engagement, mencoba membuat caption yang menarik, dan melihat respons pelanggan. Hasilnya? Perlahan, saya mulai paham bagaimana membangun brand kecil lewat media sosial.

Tantangan Terbesar: Soft Skill Jualan

Kalau ditanya, apa yang paling sulit dari semua ini? Jawaban saya: soft skill untuk jualan. Bukan soal bikin produk, tapi soal menyampaikan ke orang lain dengan cara yang tepat.

Belajar jualan itu tidak cukup dengan teori. Saya banyak belajar dari melihat orang-orang lain berjualan, mengamati cara mereka berinteraksi di sosial media, dan tentu saja - dari pengalaman pribadi. Ada kalanya tidak ada yang beli. Ada kalanya ditanya harga, lalu hilang. Tapi semua itu bagian dari proses.

Yang saya tahu, keberanian untuk mulai dan terus mencoba adalah aset paling berharga dalam membangun bisnis.

Memadukan Dua Dunia: Dapur dan Digital

Kini, saya sadar kalau dua hal yang saya jalani- memasak dan digital marketing - bisa saling melengkapi. Saat saya membuat produk di dapur, saya juga memikirkan bagaimana menyampaikannya di sosial media. Saat saya menulis caption atau membuat video untuk TikTok dan Instagram, saya belajar memahami audiens dan kebutuhan mereka.

Dengan kemampuan ini, saya tidak hanya menjual makanan, tapi juga membangun cerita, rasa, dan koneksi.

Pelan-pelan Tapi Pasti

Apakah saya sudah sukses? Mungkin belum. Tapi saya tahu, saya sedang menuju ke arah yang benar. Setiap order yang masuk, setiap pelanggan yang bilang “enak” atau repeat order, adalah bentuk kecil dari hasil perjuangan.

Saya tahu saya tidak sendirian. Banyak orang di luar sana yang juga sedang merintis usaha dari rumah. Lewat tulisan ini, saya ingin bilang: nggak apa-apa kalau kita mulai dari kecil, yang penting terus jalan.

Setiap risol yang saya buat adalah bentuk cinta dan kerja keras. Saya percaya, suatu hari nanti, di pagi yang tenang, saya akan menikmati hasil dari semua ini.


Kesimpulan:

Membangun usaha kuliner rumahan bukan cuma soal memasak dan menjual. Ini tentang keberanian untuk memulai, konsistensi untuk bertahan, dan keinginan untuk terus belajar. Baik dari dapur maupun dari dunia digital.

Kalau kamu juga sedang memulai usaha atau sedang berada di titik lelah, semoga cerita ini bisa jadi semangat baru. Karena usaha, sekecil apapun, tetap berarti.

Tidak ada komentar